PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah
untuk merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya
historis. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya
yang harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pendapatan
yang bersangkutan diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam
penentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap
penurunannya menjadi nilai realisasi bersih (net realisable value).
Pernyataan ini juga menyediakan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk
membebankan biaya pada persediaan.
Ruang Lingkup
01 Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam
penyusunan laporan keuangan dalam konteks sistem biaya historis tentang
akuntansi persediaan selain:
(a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam
kontrak konstruksi (construction contracts) (lihat Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksi);
(b) instrumen keuangan; dan
(c) persediaan
yang dimiliki oleh produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan
hasil tambang sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi
bersih sesuai dengan kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu.
02 Persediaan
yang dirujuk dalam paragraf 1 (c) diukur dengan nilai realisasi bersih pada
tahap produksi tertentu. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika hasil pertanian
telah dipanen atau hasil tambang telah ditambang dan penjualan telah dijamin
berdasarkan kontrak berjangka atau jaminan pemerintah, atau bila terdapat suatu
pasar homogen dan risiko kegagalan pemasaran tidak berarti. Persediaan
tersebut tidak termasuk dalam lingkup Pernyataan ini.
Definisi
03 Berikut
adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Persediaan
adalah aktiva:
(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal;
(b) dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan; atau
(c) dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Nilai
realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal
dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan.
04 Persediaan
meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya, barang
dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan
properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi
yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam
proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti
diuraikan dalam paragraf 16, di mana pendapatan yang bersangkutan belum diakui
perusahaan. (lihat Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan).
Penjelasan
Pengukuran Persediaan
05 Persediaan harus diukur berdasarkan
biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost
and net realizable value).
Biaya persediaan
06 Biaya persediaan harus meliputi semua
biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan
berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present
location and condition).
Biaya pembelian
07 Biaya pembelian persediaan meliputi
harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat
ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan,
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada
perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade discount), rabat
dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
08 Dalam
keadaan yang jarang terjadi, biaya pembelian yang meliputi selisih valuta asing
yang timbul secara langsung dalam perolehan persediaan yang ditagih dalam
valuta asing, diperkenankan sebagai perlakuan alternatif seperti yang diuraikan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi Dalam Mata
Uang Asing. Selisih valuta asing tersebut terbatas pada yang ditimbulkan dari
devaluasi atau depresiasi suatu mata uang yang cukup besar dan terhadap peristiwa
tersebut tidak mungkin dilakukan hedging, dan membawa dampak pada hutang yang
tidak dapat diselesaikan dan timbul dari perolehan persediaan yang baru saja
dilakukan.(Namun, apabila tersedia kesempatan hedging sebelum devaluasi terjadi
akan tetapi kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan maka selisih kurs yang
timbul akibat devaluasi tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari biaya
pembelian).
Biaya konversi
09 Biaya konversi persediaan meliputi biaya
yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead
produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi
dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap
adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan
volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan
dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya
overhead produksi variabel adalah biaya yang beruhah secara langsung, atau
hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak
langsung dan upah tak langsung.
10 Pengalokasian biaya overhead produksi
tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas normal fasilitas produksi.
Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama
suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memperhitungkan hilangnya
kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan bila mendekati
kapasitas normal. Pembebanan biaya overhead produksi tetap pada setiap unit
produk tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak
terpakainya kapasitas pabrik. Biaya overhead
yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada ,periode terjadinya. Dalam
periode produksi luar biasa tinggi, biaya overhead yang dialokasikan pada unit
produk diturunkan, agar persediaan tidak dinilai di atas biaya. Biaya overhead
produksi variabel dialokasikan pada unit produk atas dasar penggunaan fasilitas
produksi yang sebenarnya.
11 Proses
produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara serentak. Hal
tersebut terjadi, misalnya, bila dihasilkan produk bersama (joint product) atau
bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Bila biaya konversi tidak
dapat diidentifikasikan secara terpisah, biaya tersebut dialokasi kan antar
produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian misalnya dapat dilakukan
berdasarkan perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap
proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara
terpisah, atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian
besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Kalau kasusnya
demikian, produk sampingan sering kali dinilai berdasarkan nilai realisasi
bersih dan nilai tersebut dapat dikurangkan pada biaya produk utama. Dengan demikian, nilai produk utama tidak berbeda secara
material dari biayanya.
Biaya lain-lain
12 Biaya lain hanya dibebankan sebagai
biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Misalnya, dalam keadaan
tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya overhead non produksi atau biaya
perancangan produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan.
13 Beberapa
contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban
dalam periode terjadinya adalah:
(a) jumlah pemborosan bahan, upah, atau
biaya produksi lainnya yang tidak normal;
(b) biaya penyimpanan, kecuali biaya
tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap
produksi berikutnya;
(c) biaya administrasi dan umum yang tidak
memberikan sumbangan untuk membuat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi
sekarang; dan
(d) biaya
penjualan.
14 Dalam keadaan tertentu, biaya pinjaman
(borrowing costs) dimasukkan sebagai biaya persediaan sesuai dengan Pernyataan
akuntansi keuangan tentang hal tersebut.
Biaya Persediaan Pemberian Jasa
15 Biaya persediaan perusahaan jasa
terutama meliputi upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung
menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyelia, dan overhead yang
diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang menyangkut personalia penjualan
serta administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan, tapi diakui
sebagai beban pada periode terjadinya .
Teknik Pengukuran Biaya
16 Teknik pengukuran biaya persediaan,
seperti metode biaya standar atau metode eceran (retail method), demi
kemudahan, dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis. Biaya
standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan
(supplies), upah, efisiensi dan pemanfaatan kapasitas. Biaya standar ditelaah secara berkala dan, bila perlu,
direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.
17 Metode
eceran sering kali digunakan dalam perdagangan eceran untuk menilai persediaan
sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat, dan memiliki margin yang tidak
jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode penetapan biaya
lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan
dengan persentase margin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan
dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya (marked down) di
bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap
departemen penjualan eceran yang menjual kelompok barang yang berbeda.
Rumus Biaya
18 Biaya
persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain
(not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi
khusus terhadap biayanya masing masing.
19 Yang
dimaksud dengan identifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang
tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam persediaan. Cara ini merupakan
perlakuan yang sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek khusus, baik
yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus biaya
tidak tepat bagi sejumlah besar barang homogen yang dapat menggantikan satu
sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode pemilihan
barang yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan di
muka dampaknya terhadap laba rugi periode berjalan.
20 Biaya
persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 19, harus dihitung dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIF0),
rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar
pertama (MTKP atau LIF0).
21 Formula
MPKP/FIF0 mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual
atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus biaya ratarata
tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata
tertimbang dari barang serupa pada awa! periode dan biaya barang serupa yang
dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan
secara berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan
perusahaan. Rumus MTKP/LIF0 mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi
terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.
Nilai Realisasi Bersih
22 Biaya
persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali (recoverable) bila barang
rusak, seluruh atau sebagian barang telah usang atau bila harga penjualan
menurun. Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya
penyelesaian atau estimasi biaya penjualan meningkat. Praktek penurunan nilai
persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih konsisten dengan
pandangan bahwa aktiva seharusnya tidak dinyatakan melebihi jumlah yang mungkin
dapat direalisasi melalui penjualan atau penggunaan.
23 Nilai
persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi bersih secara terpisah untuk
setiap barang dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi,
penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok
barang serupa atau yang berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam
lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, diproduksi dan
dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari
barang-barang lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan tidak
tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang jadi,
atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu.
Perusahaan jasa pada umumnya mengakumulasikan biaya dalam hubungannya dengan
setiap jasa agar dapat menetapkan harga jual jasa tersebut. Dengan demikian,
masing-masing jenis jasa tersebut dibukukan tersendiri.
24 Estimasi
nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada
saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat
direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang
langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang
peristiwa tersebut menegaskan (confirm) kondisi yang ada pada akhir periode.
25 Estimasi nilai realisasi bersih juga
mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang bersangkutan. Misalnya, nilai
realisasi bersih kuantitas persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak
penjualan produk atau jasa didasarkan pada harga kontrak. Bila kontrak
penjualan adalah untuk kuantitas barang yang lebih kecil daripada persediaan,
nilai realisasi bersih untuk kelebihannya harus didasarkan pada harga penjualan
umum. Kerugian kontinjen dari kontrak penjualan yang melebihi kuantitas
persediaan yang dimiliki dan kerugian kontinjen dari kontrak pembelian
diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang
Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.
26 Nilai
bahan baku dan perlengkapan (supplies) lain yang diadakan untuk digunakan dalam
produksi persediaan tidak diturunkan di bawah biaya bila barang jadi yang
dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biaya. Namun
demikian, bila penurunan harga bahan baku mengindikasikan biaya barang jadi
yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi bersih, maka nilai bahan diturunkan
ke nilai realisasi bersih. Dalam kondisi semacam itu, biaya ganti (replacement
cost) merupakan tolak ukur terbaik yang tersedia bagi nilai realisasi bersih.
27 Nilai
realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap
periode berikutnya. Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai
persediaan di bawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan
nilai harus dieliminasi balik (reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah
tercatat baru persediaan
adalah yang terendah dari biaya atau nilai
realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul, misalnya, jika suatu
barang dalam persediaan, yang dicantumkan sebesar nilai realisasi bersih karena
harga jualnya teiah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga
jualnya telah meningkat.
Pengakuan sebagai Beban
28 Jika barang dalam persediaan dijual,
maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode
diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan niiai persediaan
di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan
harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
29 Proses pengakuan nilai tercatat
persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching)
beban dengan pendapatan.
30 Beberapa persediaan dapat dialokasikan
ke rekening aktiva lainnya seperti misalnya persediaan yang digunakan sebagai
komponen aktiva tetap yang dibangun sendiri, pabrik atau peralatan. Persediaan
yang dialokasikan ke aktiva lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama
masa manfaat aktiva tersebut.
Pengungkapan
31 Laporan
keuangan harus mengungkapkan:
(a) kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai;
(b) total jumlah tercatat
persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
perusahaan;
(c) jumlah
tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih
(d) jumlah dari setiap pemulihan
dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode
sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28;
(e) kondisi atau peristiwa
penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana
dijelaskan pada paragraf 28; dan
(f) nilai tercatat
persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
32 Informasi
tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan
dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi para pemakai laporan
keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagang,
perlengkapan produksi, bahan baku, pekerjaan dalam penyelesaian dan barang
jadi. Persediaan dalam perusahaan jasa biasanya disebut pekerjaan dalam
penyelesaian.
33 Laporan
keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:
(a) biaya persediaan yang diakul sebagai beban selama periode
tertentu, atau
(b) biaya operasi, yang dapat diaplikasikan
pada pendapatan, diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan,
diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.
34 Biaya persediaan yang diakui sebagai
beban selama periode meliputi biaya yang sebelumnya temasuk dalam pengukuran
barang dalam persediaan yang telah dijual dan biaya overhead produksi yang
tidak teralokasikan serta jumlah abnormal biaya produksi persediaan. Kondisi
perusahaan juga membuka peluang untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya
distribusi.
35 Beberapa perusahaan menggunakan format
laporan laba rugi yang berbeda, yang mengakibatkan diungkapkannya berbagai
jumlah sebagai pengganti biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama
periode yang bersangkutan. Dengan format yang berbeda ini, perusahaan
mengungkapkan jumlah biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada pendapatan
periode tersebut, dan diklasifikasikan menurut hakekatnya. Dalam kasus ini,
perusahaan mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan
barang-barang habis terpakai (consumables), tenaga kerja dan biaya operasi
lainnya bersama-sama dengan jumlah perubahan bersih persediaan pada periode
tersebut.
36 Skala, insiden dan hakekat penurunan
nilai persediaan menjadi nilai realisasi bersih mungkin sedemikian materialnya
sehingga memerlukan pengungkapan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No .25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan
Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
Pernyataan
Pernyataan Standar Akuntansl Keuangan No. 14 terdiri dari paragraf 37 -
45. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 36.
37 Pernyataan
ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks sistem
biaya historis tentang akuntansi persediaan selain:
(a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam
kontrak konstruksi (construction contracts) (lihat Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksi);
(b) instrumen keuangan; dan
(c) persediaan produsen peternakan, produk
pertanian dan kehutanan, dan hasil tambang sepanjang persediaan tersebut
dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih sesuai dengan kelaziman praktek yang
berlaku dalam industri tertentu.
38 Persediaan harus diukur berdasarkan biaya
atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and
net realizable value).
39 Biaya persediaan harus meliputi semua
biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan
berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present
location and condition).
40 Biaya persediaan untuk barang yang
lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain (not ordinary
interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk
projek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap
biayanya masing masing.
41 Biaya persediaan, kecuali yang disebut
dalam paragraf 40, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama
keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost
method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO).
42 Jika barang dalam persediaan dijual,
maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode
di mana pendapatan atas penjualan tersebut diakui. Setiap
penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan
seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai
persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui
sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya
pemulihan tersebut.
43 Laporan
keuangan harus mengungkapkan:
(a) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai;
(b) total jumlah tercatat persediaan dan
jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan;
(c) jumlah tercatat
persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih
(d) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap
penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode sesuai dengan
paragraf 42;
(e) kondisi atau peristiwa penyebab
terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sesuai dengan paragraf
42; dan
(f) nilai tercatat persediaan
yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
44 Laporan
keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:
(a) biaya persediaan yang
diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau